Jumat, 02 Juli 2010

ETIKA SUNDA

KAJIAN AWAL DALAM MENELUSURI KARAKTER FITRIAH MANUSIA SUNDA
SEBAGAI UPAYA KONTRIBUSI BAGI NKRI YANG SEJAHTERA LAHIR BATIN

Oleh :
H. R. Hidayat Suryalaga
LEMBAGA BUDAYA SUNDA
UNIVERSITAS PASUNDAN


ABSTRAKSI
Berbincang mengenai Etika – sebuah kata dan pengertian yang universal – tentu menyangkut pula pada keberadaan setiap diri dan setiap etnik. Lalu Etika Sunda bagaimana juntrungannya, baik yang bersifat Moral sebagai acuan dan anutan hidup masyarakat ataupun yang bersifat aktual realistik dalam kehidupan berperilaku keseharian Ki Sunda. Tulisan ini mencoba mengayunkan langkah awal ke arah itu.

~۩~


Tulisan ini hanyalah langkah awal, suatu kerangka bangunan imajiner yang sangat memerlukan bantuan serta dorongan dan urun rembug dari setiap disiplin ilmu dan sudut pandang pemikiran para awak-awak Ki Sunda dalam menata Punden Etika Ki Sunda” (Punden = bangunan/tempat atau sesuatu yang disakralkan). Sesuatu yang disakralkan tentu harus berlandaskan yang religius, yang Ilahiah.

LANDASAN FALSAFI RELIGI:
Seyogyanyalah segala yang akan kita bangun dan kerjakan berlandaskan falsafah yang religius dan Ilahiah, yaitu:
- Setiap manusia diciptakan Alloh SWT mempunyai tugas masing-masing, ini bisa diartikan bahwa setiap pribadi insan mempunyai sesuatu yang harus dikerjakannya baik bagi dirinya/individu maupun bagi orang lain/masyarakat/sosial
- Alloh SWT juga menciptakan kabilah/kaom/ etnisk bangsa. Ini bisa diartikan bahwa penanda setiap Etnik adalah kebudayaan dan peradabannya. Tidak seragam, dalam ketidak-seragaman-lah di antaranya terlihat ke-Akbaran Allah SWT. (Q.S 49:13)
- Manusia sebagai khalifatullah fil ardi yang diberi amanah untuk berperan menjadi (Q.S.27:62)
- Rakhmatan lil Alamin. Ini dapat ditafsirkan bahwa manusia yang ditugasi untuk menjadi pemimpin, harus mempunyai “kepemimpinan/leadership” yang mampu mewujudkan kesejahteraan umat dan alam.

Dari landasan filsafat
Berada di satu lingkungan akan mewujudkan karakter lingkungannya dan pada gilirannya akan mewujudkan karakter peradaban etnisnya. Karakter individu/etnis inilah ang akan mewarnai cara seorang khalifah / pemimpin dalam menjalankan ETIKA kepemimpinannya.

Pertanyaan yang timbul adalah:
Adakah karakter Etika yang khas melekat pada KI SUNDA? Bila ada bagaimana sebaiknya karakter Etika KI SUNDA tsb dimanfaatkan secara optimal dalam menyiasati masalah hidupnya sendiri serta hidup bermasyarakat baik lokal, nasional maupun mondial/internasional.
Faktor penegas bahwa pertanyaan itu pantas untuk dicarikan jawabnya, sebab realitanya Masyarakat Sunda secara historis telah ada sejak tahun 132 M (Kerajaan Salaka Nagara di daerah Pandeglang/Banten), dan pada saat sekarang penduduk Jawa Barat (tentu sebagian besar etnis Sunda) telah berjumlah lebih dari 36 juta jiwa, jumlah terbesar kedua di Indonesia. Maka bisa diasumsikan bahwa tentu ada penanda yang signifikan “karakter Ki Sunda” dalam ETIKA HIDUPNYA, lebih khusus lagi ETIKA KEPEMIMPINANNYA. Obsesi inilah yang mendorong penulis berusaha untuk menelusuri dan mengkajinya; tentu saja hanya baru sebatas serpihan yang dalam idiomatika Sunda disebut dengan sesemplekan talawengkar, yang bila di tata kembali tidak mustahil akan menemukan bentuk/format yang utuh.
Langkah yang penulis tempuh untuk mencari jawab atas pertanyaan di atas saya coba dengan merunut pola deduktif atau lebih pasnya lagi dari penelusuran yang bersifat makro ke arah mikro, dari yang “luar/eksternal” ke arah yang “dalam/internal” yang akan berakhir pada APA YANG HARUS DILAKUKAN SETIAP INDIVIDU KI SUNDA DALAM MEMENEJ DIRINYA agar menjadi Khalifah yang Rakhmatan lil alamin.
Buku ETIKA JAWA karya Franz Magnis Suseno (FMS), saya gunakan sebagai bahan awal bagi bahan banding/analogi. Buku ini saya jadikan acu-banding selain karena satu-satunya buku yang berorientasi kepada etika suatu etnik (Jawa) juga ditulis oleh non etnik Jawa dilengkapi kajian ilmiah yang mendalam a.l dari Clifford Geertz dan Hildred Geertz, Anderson dll. (Buku sejenis ini tentang Sunda belum ada yang lengkap, misalnya yang membahas Filsafat Sunda).
Sebagai terminal awal kajian kali ini, saya akan menggunakan pengertian-pengertian yang digunakan oleh Franz Magnis Suseno, ini memudahkan dalam menstrukturkan/mengkonstruksikan cara berpikir yang runut. Meskipun ada bahaya kebablasan karena lebih cenderung pada konstruksi teoritis yang memungkinkan terabaikannya kajian empiris faktual, meskipun keberangkatan awal FMS berasal dari kajian data faktual.

Saya mulai dengan istilah-istilah kunci:

APA/SIAPA YANG DISEBUT KI SUNDA
Penyebutan orang Sunda dengan kata sandang KI, tidak diartikan sebagai penanda gender maskulin (seperti nama Ki (Kai) Enjum, Ki (Kai) Udin) tetapi lebih cenderung kepada penanda / penegas, searti dengan kata THE dalam bahasa Inggris.
Dengan demikian KI SUNDA, tidak saya definisikan sebagai suatu yang “tetap” terukur secara lahiriah, tetapi dimaknai lebih abstrak, sesuatu yang fitriah primordial/ sunatullah. Sebab KI SUNDA pun dalam keberadaannya akan tetap bergulir menapaki rentang waktu dan ruang, ada KI SUNDA BIHARI, KAMARI, KIWARI dan BARING SUPAGI (yad) .


Bila SUNDA merupakan kata benda, maka kata kerja/perilakunya disebut NYUNDA ; kata sifat- nya adalah KASUNDAAN dan waktu & ruang gerak keberadaannya disebut PA - SUNDA –AN -> PASUNDAN.


SAINI KM sorang budayawan. menyebutkan bahwa yang disebut Orang Sunda (Ki Sunda),: .... harus lebih dari hubungan intelektual, melainkan juga emosional dan bahkan intuituf yang sudah menjadi bagian kepribadiannya dan dengan demikian menentukan caranya berpikir dan bertindak. Tidak hanya memahami dan memiliki pengetahuan tentang kasundaan, tetapi menghayatinya dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar. (dalam : Dangiang edisi I/1999)

SIAPA URANG SUNDA ?
Setelah menyimak beragam definisi tentang siapakah Urang Sunda? Saya menyimpulkan ada 4 penanda seseoranag disebut URANG SUNDA, yaitu:

1. SUNDA SUBYEKTIF. Bila seseorang berdasarkan pertimbangan subyektifnya merasa bahwa dirinya adalah Urang Sunda, maka dia adalah Urang Sunda. Karena itu dia harus mengaktualisasikan dan mengaplikasikan Kasundaannya dalam berperilaku serta mempunyai konsep hidup yang NYUNDA. Artinya mampu memaknai dan mengaktulisasikan arti dan makna kata Sunda.

2. SUNDA OBYEKTIF. Bila seseorang dianggap oleh orang lain sebagai Urang Sunda, maka orang tersebut sepantasnya mampu mengaktulisasikan anggapan orang lain tsb. bahwa dirinya benar-benar Urang Sunda. Orang tersebut berkewajiban menunjukan Kasundaannya, yaitu berperilaku yang NYUNDA.

3. SUNDA GENETIK. Yaitu seseorang yang secara keturunan dari orang tuanya mempunyai silsilah Urang Sunda pituin (Orang Sunda asli). Malah dalam kebudayaan Sunda sering dirunut sampai pada generasi ketujuh di atas ego ( Tujuh turunan, yaitu indung/bapa – nini/aki, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, kait/gantung siwur dan selanjutnya sebagai karuhun ). Pada masa sekarang dengan terjadinya pernikahan antar etnis, mungkin cukup ditandai dengan ibu dan bapaknya saja yang beretnis Sunda. Keberadaan Sunda Genetik ini adalah Sunatulloh. Simak intisari maknawi Al-Qur’an Surat 49 ayat 13. Oleh karena itu seseorang yang secara genetik adalah Urang Sunda, maka berkewajiban untuk hidup dan berperilaku yang NYUNDA sebagai penanda jati dirinya. Tidaklah pantas seseorang berujar “Kabeneran baĆ© jadi Urang Sunda”. Subhanalloh, Alloh yang maha-mempunyai rencana, tidak ada sesuatupun yang “kebetulan” bagi-Nya. Maka orang yang terlahir sebagai Urang Sunda pun bukan sesuatu yang kebetulan. Itu adalah kehendak Allah Swt. Maha-sempurna Allah Swt. dengan segala ciptaan dana kehendak-Nya.

4. SUNDA SOSIO-KULTURAL. Bila seseorang mempunyai ibu dan bapak atau salahsatu di antaranya bukan Urang Sunda pituin (asli); tetapi walau pun demikian dalam kehidupan kesehariannya, baik dalam perilaku, adat-istiadat, berbahasa, berkesenian dan berkebudayaan, berfikir serta mempunyai konsep hidup seperti Urang Sunda yang NYUNDA, maka dia pun adalah Urang Sunda. Terkadang kelompok Sunda Sosio-Kultural jauh lebih nyunda dalam perilaku kesehariaanya.

Dengan menyimak penjabaran seperti di atas, maka pangertian tentang Urang Sunda tidak perlu berkonotasi rasis. Adapun yang terpenting dari setiap orang yang mengaku sebagai Urang Sunda adalah mempunyai komitmen teguh dalam mewujudkan kehidupan masyarakat Urang Sunda yang sejahtera lahir batin. Selamat dunia – akhirat.

APA ETIKA
Secara lengkap saya nukil dari tulisan Franz Magnis Suseno, bahwa: Kata “etika” dalam arti sebenarnya mengenai bidang moral” jadi etika merupakan bidang atau refleksi sistematik mengenai pendapat-pendapat, norma-norma dan istilah-istilah moral. Lebih luas lagi “Keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan dalam masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan/i kehidupannya; jadi di mana mereka menemukan jawaban atas pertanyaan: bagaimana saya harus membawa diri, bersikap, bertindak agar hidup saya “berhasil”
Jadi pada hakekatnya ETIKA adalah seni hidup manusia dalam menapaki kehidupannya untuk mencapai eudaemonia (kebahagiaan), bagi KITA tentu yang harus “berhasil” adalah kebahagian dunia wal akhirah.

MENGKAJI ETIKA SUNDA UNTUK APA?
Bila pengertian Etika diartikan seperti itu, maka tak pelak lagi kajian kita ini untuk menjawab sederet tanya di atas, dan akan bermuara pada pembuktian landasan falsafi religi (Islam) sebagai awal dan akhir kehidupan dari makhluk yang ditugasi untuk menjadi Rakhmatan lil alamin.
Makin terasa lebih komperhensif dan aktual lagi, karena kita sependapat, KI SUNDA masa kini hidup di tengah Rakyat Indonesia yang tengah haru biru, terpuruk hampir ambruk karena keroposnya ETIKA /MORAL sejak dari ulu sampai ke ilir; dari lapis elita sampai lapis jelata.
Ke arah berupaya mengatasi masalah inilah tulisan ini dibuat, sebagai suatu tarekah mengkontribusikan keberadaan KI SUNDA bagi peradaban bangsa baik lokal, nasional maupun mondial melalui kualitas etika/moral.
Tentu saja perlu selalu diingat bahwa apapun perbaikan yang akan kita rancang harus dimulai dari DIRI SENDIRI - IBDA BIN NAFSI – AWIT TI JATI DIRI dengan langkah awal Gnothi se auton ( Socrates; kenalilah dirimu sendiri) .

ETIKA SUNDA ADALAH ..............?
Sungguh saya terprovokasi dengan ungkapan FMS, bahwa tuntutan utama dalam ETIKA JAWA adalah ETIKA KEBIJAKSANAAN, adapun “ETIKA BARAT”condong kepada ETIKA KEWAJIBAN (Etika Jawa : 225), walaupun kedua jenis etika tersebut relativ sering berbaur.
Lalu untuk Ki Sunda? Apakah condong kepada ETIKA KEBIJAKSANAAN atau KEWAJIBAN, atau kedua-duanya, atau adakah penanda lain yang lebih signifikan lagi.
Penelusuran untuk mencari jawab atas “kapanasaran” ini, jelas tidak bisa ASAL main tebak, harus lebih mendalam dan mendasar. Sebagai langkah awal, saya pernah mencoba mengumpulkan pendapat orang tentang yang diangankan mengenai seorang karakter/Etika pemimpin Sunda atau yang Nyunda.

Pada kesempatan pertemuan kali itu pun saya coba ulangi menyampaikan isian kuesioner pada yang hadir. Dua nomor kuesioner yang saya sampaikan sebagai berikut:


1. SEBUTKAN/TULISKAN 5 ORANG YANG ANDA ANGGAP SEBAGAI TOKOH IDOLA ORANG SUNDA; BOLEH SIAPA SAJA SEJAK JAMAN BAHEULA SAMPAI SAAT INI, LAKI-LAKI ATAU PUN PEREMPUAN, BISA TOKOH NYATA ATAU PUN FIKTIF
2. MENURUT ANDA MENGAPA KELIMA ORANG TERSEBUT DIANGGAP SEBAGAI TOKOH/IDOLA .


CATATAN,
Ketika pertemuan dimulai, saya bagikan lembaran kertas dengan pertanyaan seperti di atas. Yang ikut mengisi adalah yang hadir pada dialog terbatas tsb, sebanyak 9 orang, terdiri dari 1 dosen senior/doktor pria, 2 orang dosen senior pria, 2 orang dosen senior wanita dan 4 mahasiswa/pria tingkat ahir dari beberapa fakultas yang ada di Unpas, ditambah selembar jawaban angket dari mahasiswa Fakultas Adab IAIN.
Di hadapan yang hadir, saya bacakan satu-persatu jawaban kuesioner sederhana tsb. beserta alasannya, tercatat seperti berikut:

Penjawab I:
1. OTO ISKANDARDINATA
2. K.H.HASAN MUSTAPA
3. KIAN SANTANG
Alasannya: - Memberi citra dan jatidiri Ki Sunda.
- Membawa nilai-nilai manusia yang universal.

Penjawab II:
1. RD.DEWI SARTIKA
Alasannya: - Karena beliau sebagai pelopor pendidikan di Tatar Sunda.

Penjawab III:
1. OTO ISKANDARDINATA
Alasannya : Peran sosial politik dalam konteks Nasional, ketika menjadi Ketua
Umum Paguyuban Pasundan cukup bermakna. Hal tersebut
merupakan kontribusi Ki Sunda untuk Negara tercinta Indonesia
termasuk Tatar Sunda.

Penjawab IV.
1. DAENG SUTIGNA
Alasannya : Karena dengan jasa beliau khususnya di budaya Sunda; sampai
sekarang musik digunakan dan dikenang oleh masyarakat Sunda.

Penjawab V.
1. PRABU SILIWANGI
2. MARHAEN (TOKOH FIKTIF)
Alasannya : Untuk no 1 : Kepemimpinan Egaliter
Untuk no 2 : Kesederhanaannya.

Penjawab VI:
1. PRABU SILIWANGI
2. DEWI SARTIKA
3. ALI SADIKIN
4. HR.DHARSONO
Alasannya : Untuk no 1: Prabu Siliwangi karena kepemimpinannya yang adil dan
rakyatnya (pada jamannya) dikenal sebagai rakyat yang makmur.
Untuk no 2 : Dewi Sartika, karena perhatiannya pada rakyat kecil. dia
berikan sesuatu yang berharga bagi seorang anak; pendidikan.
Untuk no 3 : Bang Ali dikenal sebagai pemimpin yang konsisten,
teguh dalam pendirian dan memperhatikan segala aspek kehidupan
masyarakat tidak hanya politik, ekonomi.
Untuk no 4 : H.R.Dharsono dijadikan idola karena kedekatannya
kepada rakyat. Bahkan dia menyamar untuk bisa menyampaikan kebenaran

Penjawab VII :
1. TIDAK ADA
Alasannya : -

Penjawab VIII :
1. UU RUKMANA:
Alasannya : (Hanya ada catatan: Krisis kepemimpinan secara Nasional, termasuk
di dalamnya orang Sunda yang boleh dikatakan belum ada atau tidak
ada sama sekali mempunyai figur yang bisa dielukan oleh orang
Sunda itu sendiri.

Penjawab IX:
1. R.OTO ISKANDARDINATA
2. R. DEWI SARTIKA
3. ALI SADIKIN
4. TETEN MASDUKI
5. R. HIDAYAT SURYALAGA
Alasannya : - Pengabdian dan keberanian menegakkan kebenaran dan nilai-nilai
luhur sebagai implementasi budaya Sunda yang luhur.

Penjawab X
1. R.OTO ISKANDARDINATA
2. PANGERAN KORNEL (PANGERAN KUSUMAHDINATA)
Alasannya : - Heroik

Bila direkapitulasi jumlah yang didapatkan:
1. Oto Iskandardinata : 4
2. Dewi Sartika : 3
3. Prabu Siliwangi : 2
4. Ali Sidikin : 2
5. K.H. Hasan Mustapa : 1
6. Kian Santang : 1
7. Pangeran Kornel (Pangeran Kusumadinata ) : 1
8. H.R.Dharsono :1
9. Teten Masduki : 1
10. Uu Rukmana : 1
11. Hidayat Suryalaga :1
11. Marhaen (tokoh fiktif) :1





Penanda karakter dari tokoh yang diidolakan:
Dengan menyimak dan memaknai data yang teramat sederhana di atas, dan setelah saya bandingkan dengan penelusuran/penelitian lainnya yang pernah saya lakukan ( a.l di lingkungan mahasiswa berbagai Fakultas yang ada di UNPAS), bisa dibuat daftar karakter yang jadi pertimbangan mereka yaitu:
Rasa keadilan, pengabdian, keberanian menegakan kebenaran, kerakyatan/demokrasi, konsisten, kesederhanaan, egaliter, kreatifitas, pelopor, kesadaran nasionalisme dan universal.

Setelah kita renungi penanda karakter yang diidolakan oleh para apengisu kuesioner, untuk sementara saya berpendpat ETIKA SUNDA mempunyai penanda khusus yaitu ETIKA KEADILAN dan PENGABDIAN.

UNSUR ETIKA KEADILAN dan PENGABDIAN
- Leksem adil mengandung arti ...... 2 berpihak kepada yang benar; berpegang kepada kebenaran; 3 sepatutnya; tidak sewenang-wenang, (KBBI. 1988). Apa yang disebut dengan Kebenaran sungguh sangat relatif, bergantung kepada pandangan orang yang mengatakannya, adapun kebenaran yang tertinggi adalah yang SUMMUM BONUM, kebenaran tertinggi yang Ilahiah.
- Leksem abdi < pengabdian: proses, perbuatan, cara mengabdikan diri (KBBI. 1988). Secara umum pengabdian adalah mengabdikan diri kepada tujuan yang dianggapnya mulia dengan ketulusan hati/ikhlas.

Tentu saja, karena etika bukan sesuatu yang matematis, maka akan selalu berkelindan erat antara prinsip etika kewajiban, kebijaksanaan maupun keadilan dan pengabdian atau yang lainnya lagi; hanya saja akan ada salah-satu segmen dari ketiganya yang lebih signifikan yang menandai anutan etika suatu etnik, misalnya bagi Ki Sunda adalah Etika Keadilan dan Pengabdian.
Rasa Keadilan salah-satunya akan terekpresikan dalan perilaku yang Heroik. Bila demikian ada benarnya apa yang pernah dikatakan Tjetje Hidajat Padmadinata yang lama berkecimpung dalam dunia “Kasundaan”, bahwa orang Sunda lebih menghargai kepahalawanan daripada kekuasaan.
Bila ini benar menjadi penanda Etika Sunda yang signifikan, kini yang perlu difikirkan adalah aplikasi/aktualisasi arti dan makna Keadilan dan Pengabdian dalam tataran praksisnya. Semakin terasa relevansinya pada saat ini ketika keadaan masyarakat sekarang yang sangat memerlukan tegaknya keadilan. Perlu sekali “tandangnya pahlawan-pahlawan Urang Sunda yang berkarakter adil, penuh pengabdian dan berjiwa heroik dengan cara yang baik dan benar (herang caina beunang laukna) sebab kalau tidak dilandasi dengan falsafah “bil hikmah” maka berkemungkinan besar semangat heroik akan kebablasan (kalalanjoan) menjadi anarki (tunggul dirarud catang dirumpak ).

SIMPULAN SEMENTARA
Saya berharap pertemuan ini adalah semacam re-introspeksi sejauh mana kesadaran batin kita (centris primus) dan komitmen kita terhadap tugas pribadi kita sebagai insan yang ditugasi oleh Allah SWT untuk Ngertakeun Bumi Lamba (Rakhmatan lil Alamin )
Wacana ini hanya untuk mengingatkan kita bahwa ada Pekerjaan Rumah yang perlu kita cermati, adakah etika Sunda yang signifikan? Kalau ada bagaimana merevitalisasi dan mengkatualisakannya; sebab nilai etika bukan hanya pada tataran prinsip-prinsip fundamental tioritisnya (Bio Theoritica) tetapi pada tataran perwujudannya yang nyata (Bio Practica), dalam perilaku berkesenian (art) berkebudayaan (cultur) dan dalam berperadabannya (civilazation), yang akan terefleksikan dalam masyarakat yang bermartabat yang Madani yang Mardotillah.

Berkat ijinNya jugalah kita dapat berbincang kali ini.
Alhamdullillahhirobbil a’lamin
Wassalamualaikum wr wb.
Hurip Sunda !

hurip sunda
Lembaga Budaya Sunda Universitas Pasundan
Bandung, 16- 7-1999
Dikaji ulang, 1-9-2009


Buku Pelengkap:
- FRANZ MAGNIS SUSENO. 1993. Etika Jawa. Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. PT Gramedia. Jakarta.
- Hidayat Surylaga .2009. KASUNDAAN- RAWAYAN JATI
- Hidayat Suryalaga. 2009, FILSAFAT SUNDA
- IBNU TAIMIYYAH. 1995. Etika Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar. Gema Insan Press. Jakarta.
- Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud 1988
- Prof. Dr. H.A.R. Tilaar. 1999. Pendidilan, Kebudayaan, dan Masyrakat Madani Indonesia. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
- SAINI KM . 1999 ( Dalam Dangiang edisi I/Mei-Juli 1999)
- Tim Penulis Rosda. 1995. Kamus Filsafat. PT. Remaja Rosda Karya.

~۩~

ETIKA SUNDA

Kamis, 01 Juli 2010

SILIH ASIH, SILIH ASAH, SILIH ASUH JADI CIRI MANUSA UTAMA

Babasan disebut oge kacapangan atawa motto nu kacida dipiwa­nohna ku masarakat Tatar Sunda, nya eta SILIH ASIH - SILIH ASAH - SILIH ASUH; sok disingget istilahna jadi SILAS Malah ku Universitas Pasundan mah, kungsi dijadikeun bahan seminar Internasional babarengan jeung Universitas Cartein ti Perth, Australia Kulon, dina taun 1995.

Tepi ka waktu ieu, can loba nu ngabahas kalawan jembar naon bae nu kaasup SILAS atawa Silih Asih, Asah jeung Asuh teh.

Upama dianggap yen SILAS teh mangrupa hiji sistim, geus tinangtu urang kudu neangan unsur naon bae nu kaasup SILAS teh. Moal henteu eta unsur-unsur teh kudu jadi pituduh anu positif pikeun tingkahlaku atawa rengkak polah manusa enggoning hirup kumbuh di lingkungan masarakatna. Kapan mungguhing manusa teh kaasup homo socius, tegesna mahluk anu hirupna kukumbuhan. Tambah eces deui yen SILAS teh alat pikeun campur gaul, nyaeta ku ayana kecap SILIH. Ieu kecap teh tuduh kana ayana pagawean anu pabales-bales (resiprokal), hartina aya dua pihak, atawa nu dianggap dua pihak boh sabage subyek boh sabage obyek.

Sanggeus nitenan sawatara kamungkinan, unsur naon bae nu kudu nyampak dina unggal aspek SILAS tea, kapapay aya sawatara unsur anu raket tumalina, nyaeta:

SILIH ASIH

Sacara harfiah SILIH ASIH nyaeta rasa atawa tingkah laku nu nembongkeun silih pikanyaah, silih pikaasih, silih pikaheman. Dr Sulaeman B. Adiwidjaja, nu nitenan kana kahirupan masara­kat, hususna di Tatar Sunda, geus ngumpulkeun harti jeung ma'na Silih Asih, ceuk inyana Asih teh miboga unsur anu wincikanana saperti ieu di handap:

- Asih nyaeta gawe

- Asih nyaeta aktif

- Asih nyaeta ayana dedikasi

- Asih nyaeta bisa badami (kompromi)

- Asih nyaeta disiplin

- Asih nyaeta ngabagikeun tanggung jawab

- Asih nyaeta sabar

- Asih nyaeta ajen jeung tujuan

- Asih nyaeta pangorbanan

- Asih nyaeta ekspresi diri

- Asih nyaeta realitas hirup

- Asih nyaeta ayana kajujuran

- Asih nyaeta rasa sugema tina hasil gawe bareng

- Asih nyaeta rasa kaendahan

- Asih nyaeta sakapeung nimbulkeun kapeurih tapi bisa dirasionalkeun, disublimasikeun

- Asih teh mikabutuh waragad

Ku sim kuring wincikan Dr. Sulamen B, Adiwijaya di luhur dipedar deui malar leuwih eces pamaksudanana, sarta muga-muga bae bisa kapapay ajen-

inajen (nilaibudaya) nu dikandungna.

- Asih nyaeta Gawe

Nu dimaksud teh nya eta salasahiji tanda yen urang miboga rasa asih, rasa nyaah eta teh bakal dilaksanakeunana dina wangun "gawe". Rek pagawean nu sipatna lahir nyaeta nu mangrupa pangupa jiwa, bisa oge nu mangrupa pagawean batin upamana bae ngadu'akeun sangkan nu dipikaasih tea pinanggih jeung kabagjaan.

- Asih nyaeta Aktif.

Aktif ngandung harti terus neangan tarekah, sangkan nu dipi­maksud hasil. Bisa dihartikeun oge yen nu kudu aktif teh diri urang pribadi anu kudu tiheula nuwuhkeun rasa asih ka nu sejen.

- Asih nyaeta Rukun Gawe (kerjasama)

Asih, hususna upama dikeunakeun ka jelema, ngandung harti aya pihak nu mikaasih jeung nu dipikaasih. Dua pihakanana geus sakudu­na pada silih pikaasih, hartina daek digawe babarengan pikeun ngawujudkeun nu jadi tujuanana. Ulah pahiri-hiri. Ulah nogencang sosoranganan.

- Asih nyaeta Ayana Dedikasi.

Dedikasi, tegesna junun tur teguh hate. Ieu ngandung harti sanajan naon bae halangan harungan nu karandapan, henteu matak jadi reuntas harepan. Upamana bae urang asih kana pagawean nu keur digarap; tinangtu kudu dibarengan ku dedikasi nu luhur, sangkan eta pagawean aya hasilna, luyu jeung nu dipikahayang.

- Asih nyaeta Bisa Badami (kompromi)

Asih teh dipilampahna ku dua pihak. Ieu ngandung harti kudu aya tarekah pikeun nyaruakeun pamanggih (persepsi). Pikeun nya­ruakeun pamanggih tea nya kudu dibarengan ku bisa badami, mato­toskeun tujuan nu rek dihontal. Jadi musawarah teh kaasup unsur pikeun ngawujudkeun rasa asih.

- Asih nyaeta Disiplin

Tegesna rasa asih teh mikabutuh ayana disiplin diri, kasatiaan jeung kamampuh ngawatesan diri.

- Asih nyaeta Ngabagikeun Tanggung Jawab

Kulantaran asih teh ngawujudna dumeh aya dua pihak tea, aya subyek aya obyek. Ku kituna pada-pada miboga hak jeung tanggung jawab. Apal kana hak jeung tanggung jawabna masing-masing, eta jadi ciri silih asih.

- Asih nyaeta Sabar

Moal henteu dina pagiling-gisikna dua pihak tea, komo jeung kudu nyaruakeun pamanggih atawa kahayang mah, bakal loba cocoba jeung halangan harunganana. Ku kituna kacida perluna aya sipat sabar jeung silih eledan.

- Asih nyaeta Ajen jeung Tujuan.

Rasa asih teh kaasup hal nu teu nembrak (abstrak), jadi kaasup sistim ajen-inajen (B.I: nilai). Ajen kamanusaan di antarana nyaeta rasa asih. Rasa asih bisa dimimitian ku asih ka pribadina, dibuktikeun ku miara kasehatan lahir batin dirina. Ti dinya asih ka lingkungan jeung sasamana nu akhirna asih ka

Alloh Nu Nyip­takeun dirina. Eta sababna rasa asih teh kaasup jadi tujuan

tina asih tea.
- Asih nyaeta Pangorbanan.

Rasa asih kalan-kalan sok ngaheulakeun kapentingan dirina pribadi wungkul nyaeta nu sok disebut egois. Padahal ari sajatin­ing asih teh nyaeta sadia pikeun bakorban demi nu dipikaasihna. Ari pangorbananana bisa bae dina wangun materil atawa moril. Ngan nu tetela keur ngawujudkeun rasa asih teh mikabutuh ayana pangorbanan.

- Asih nyaeta Ekspresi Diri.

Rasa asih nyampakna dina parasaan, hiji hal anu abstrak. Rasa asih ieu teh dina hakekatna mah mangrupa ekspresi diri sagembleng­na. Jelema nu teu bisa ngaekspresikeun rasa asihna, geus tinangtu bakal kaganggu kasaimbangan jiwana. Sabalikna jelema nu bisa ngaekspresikeun dirina ku cara mikaasih ka nu sejen, bakal ngarasa hirupna aya gunana, tumuwuh kapercayaana dirina.

- Asih nyaeta Realitas Hirup.

Hirupna jelema teh mangrupa hiji kanyaataan, hiji realitas yen dirina aya. Ku kituna nembongkeun rasa asih teh, hiji cara pikeun nembongkeun kanyataan (realitas) hirup.

- Asih miharep Ayana Kajujuran.

Kulantaran silih asih teh hiji pagawean anu kudu aya dua pihak, nyaeta nu mikaasih jeung nu dipikaasih (resiprokal), tangtu bae ti dua pihakanana kudu aya kajujuran. Jujur di dieu ngandung harti bruk-brak teu salingkuh. Silih percaya anu iklas tur wening.

- Asih nyaeta Rasa Sugema tina Hasil Gawe Bareng.

Rasa silih asih bakal leuwih pageuh, bakal leuwih gede duriat silaturahmina, upama hasil rukun gawe babarengan, hasil silaturah­mi teh matak nimbulkeun kasugemaan keur kabeh pihak. Rasa sugema teh torojolna tina rasa silih ajenan lahir batin. Rasa hayang silih sugemakeun.

- Asih nyaeta Rasa Kaendahan.

Kulataran asih teh nyampakna dina rasa, ari salasahiji unsur rasa teh nyaeta rasa "endah". Rasa endah bakal nuwuhkeun kaendahan lahir batin. Bakal karasa endah saparipolahna, bakal karasa asri tur wening usik batinna. Geter silaturahmi nu endah tur pinuh ku kasugemaan bakal karasa ku sarerea.

- Asih Sakapeung Nimbulkeun Kapeurih tapi Bisa Dirasionalkeun, Disublimasikeun.

Kulantaran asih teh mangrupa gerakna batin, moal henteu dina hiji waktu bakal kajadian rasa asih karasana matak peurih. Eta rasa kapeurih teh kulantaran ayana rasa egois, rasa hayang ngaheu­lakeun atawa mentingkeun kasuagemaan pikeun dirina pribadi. Tapi upama kapeurih tea ditarima jeung dilenyepan kalawan rasional bari ayem mah, eta rasa kapeurih teh bisa dirasionalisasikeun, hartina bisa ditarima ku akal, nu balukarna bisa narima kana kaayaan nu tumiba kalawan sadrah. Malah teu mustahil rasa kapeurih bisa dikamalirkeun dina karya nyata.

- Asih teh Mikabutuh Waragad.

Teu bisa henteu, sanajan henteu salilana, tapi sabagian gede enggoning ngawujudkeun rasa asih teh bakal mikabutuh ayana wara­gad. Aya biaya pikeun ngawujudkeun kasugeman kabeh pihak.

Ku kituna tetela geuning SILIH ASIH teh leuwih condong kana ajen kualitas intrinsik (nu nyampak dina batin pribadi) manusa. Pinuh ku ajen silaturahmi anu welas tur asih kacida kandelna. Ku kituna taya deui jalanna iwal ti urang mampuh ngawujudkeun unsur-unsur Silih Asih dina tingkah laku sapopoe enggoning campur gaul jeung papada manusa; jeung papada mahluk Alloh lianna. Moal henteu lila-lila mah sabudeurna lingkungan hirup urang bakal disimpay ku rasa silih asih silaturahmi anu wening tur tengtrem ayem.

SILIH ASAH

Tumut kana sistem wincikan SILIH ASIH nu digarap ku Dr. Sulaeman B. Adiwidjaja, sim kuring nyusun unsur-unsur SILIH ASAH make metodeu kitu oge, yen SILIH ASAH teh miboga unsur:

- Asah nyaeta boga sumanget jeung kahayang

- Asah nyaeta mampuh ngadalian diri

- Asah nyaeta alat keur ngahontal tujuan

- Asah nyaeta metode

- Asah nyaeta sabar

- Asah nyaeta bruk-brak (B.I:keterbukaan)

- Asah nyaeta ngatur

- Asah nyaeta kajujuran

- Asah nyaeta garapan nu lumangsung terus (B.I: berkelanjutan)

- Asah nyaeta ngaropea (B.I: pengelolaan)

- Asah nyaeta kreatifitas

- Asah nyaeta inovatif

- Asah nyaeta mere pangajen (B.I:menilai)

- Asah nyaeta wani diuji

- Asah nyaeta proaktif

- Asah nyaeta bajoang

- Asah nyaeta kualitas diri

- Asah nyaeta komunikasi

- Asah nyaeta sinergik

Konsep dasar silih asah nyaeta silih tambahan kanyaho, silih seukeutan elmu pangaweruh, silih tambahan pangalaman. Ningkatkeun kamaheran jeung ningkatkeun kualitas mikir pikeun ngungkulan tangtangan atawa masalah nu disanghareupan. Anapon pikeun manusa mah, masalah tangtangan teh moal aya tungtungna. Kaungkulan hiji masalah tangtu bakal datang deui masalah sejenna, da kitu pidawuh Alloh Swt. dina Al Balad ayat 3,4 oge. Sabab mungguhing kualitas hirupna hiji jelema enas-enasna mah nyaeta runtuyan kamampuh dina ngungkulan panangtang jeung masalah hirup jeung kahirupan nmu karandapanana. Ku kituna mun eta manusa teh henteu mibanda kamapuh pikeun ngungkulan kasulitanana, tinang­tu bakal ngarandapan katunggaraan nu lain lumayan. Pikeun bisa ngungkulan panangtang jeung masalah hirup, taya deui jalanna iwal ti urangna pribadi kudu beunghar ku elmu pangaweruh, loba kabisa, rancage, binekas tur binangkit. Pancegna mah harti SILIH ASAH teh nyaeta cara atawa tarekah pikeun nambahan kanyaho jeung elmu pangaweruh boh lahir boh batin. Sarta dina prungna angger kudu aya dua pihak, nyaeta nu ngasah jeung nu diasah. Nu mapatahan jeung nu dipapatahan.

Nurutkeun unsurna SILIH ASAH bisa diwincik saperti kieu:

- Asah nyaeta Boga Sumanget jeung Kahayang.

Pikeun nambahan kanyaho tangtu kudu didadasaran heula ku ayana sumanget jeung kahayang nu nyampak dina dirina. Tanpa sumanget jeung kahayang, musatahil bisa ngulik elmu pangaweruh. Tumuwuhna sumanget taya deui iwal ti bisa ngayakinkeun diri yen dirina mampuh pikeun terus ngulik elmu pangaweruh.

- Asah nyaeta Mampuh Ngadalian Diri .

Pikeun ngahontal hasil nu nyugemakeun, kamampuh ngadalian diri atawa boga disiplin kacida perluna. Sabab ngulik elmu hentgeu bisa sangeunahna, sakarep-karep. jelema anu teu boga disiplin bakalna moal maksimal dina ngulik elmu pangaweruh.

- Asah nyaeta Alat keur Ngahontal Tujuan.

Gunana elmu pangaweruh hasil tina Silih Asah teh nyaeta dipi­bandana elmu pikeun alat ngahontal tujuan. Sabab kapan sagala rupa oge aya elmuna aya padikana, aya carana. Ku kituna sing saha nu loba mibanda elmu pangaweruh eta teh lir jelema nu mibanda rupa-rupa pakarang; tapi mangpaat henteuna eta pakarang gumantung kumaha ngagunakeunana.-

- Asah nyaeta Metode.

Ngulik elmu pangaweruh henteu bisa sagawayah, tapi kudu nyusun puguh entep seureuhna. Ieu ngandung harti aya padikana atawa aya metodena. Aya cara jeung prakprakanana.

- Asah nyaeta Sabar .

Salasahiji pasaratan pikeun urang ngulik elmu pangaweruh, nyaeta ayana kasabaran, temen wekel tur henteu gancang bosen. Sabab ari elmu pangaweruh teh tumuwuhna menta waktu, aya proses, jadi tetela kudu dibarengan ku kasabaran.

- Asah nyaeta Bruk-brak (B.I:keterbukaan).

Diajar paelmuan atawa ngajarkeun elmu pangaweruh mutlak kudu bruk-brak nembrak, hartina euweuh nu disumput salindungkeun. Teu saeutik elmu pangaweruh anu ayeuna geus leungit sabab henteu kawariskeun atawa kaajarkeun sagemblengna ka nu sejen. Ku kituna boh nu ngajar boh nu diajar kudu sarua nembrakna. Pada-pada dida­dasaran ku boga karep rek nepakeun jeung nyeuseup elmu pangaweruh.

- Asah nyaeta Ngatur

Nepakeun jeung narima elmu pangaweruh henteu bisa kitu bae, tapi aya aturanana, jadi kudu diatur boh nurutkeun tahapan luhur handapana paelmuan, boh didasarkeun kana kaayaan jeung kaperlua­nana, kana umur jeung kamampuhna. Bisa oge dina harti ngatur bahan nu rek diajarkeun, kitu deui ngatur waktuna.

- Asah nyaeta Kajujuran.

"Kajujuran" bisa dihartikeun yen dina nemakeun elmu pangaweruh perlu ku kaobyektifan, sangkan hasilna bener-bener miboga kualitas elmu

nu bebas tina parasaan subyektif.

- Asah nyaeta Garapan nu Lumangsung Terus (B.I:berkelanjutan)

Elmu pangaweruh teh karek kahontal ku ngaliwatan proses anu nambahan terus (kumulatif). Ku kituna dina nemakeunana oge tinang­tu menta waktu nu taya eureunna, lumangsung terus. Kapan ngulik elmu pangaweruh teh jadi kawajiban sapanjang hirup.

- Asah nyaeta Ngaropea (B.I:pengelolaan).

Nemakeun jeung ngulik sugrining elmu pangaweruh tinangtu miboga sistem, metode jeung didaktikna. Perlu diropea cara jeung prakprakanana, sangkan luyu jeung ajas ngatik-ngadidik atawa nemakeun kanyaho ka nu sejen.

- Asah nyaeta Kreatifitas.

Kreativitas dihartikeun daya hirup nu rancage. Silih asah pangaweruh, silih seblok kanyaho, eta mikabutuh daya kreatif boh ti nu ngasahna boh ti nu diasahna. Ayana karancagean kacida perlu­na dipibanda ku sing sugri nu hayang ningkatkeun sumber daya pribadina.

- Asah nyaeta Inovatif.

Inovatif bisa dihartikeun kakuatan nu mere daya tumuwuh nu anyar, tepi ka elmu pangaweruh teh bisa digunakeun pikeun ngungku­lan masalah-masalah anyar. Mekarna elmu pangaweruh nya eta ku ayana daya inovatif. Tumuwuhna daya inovatif jadi ciri ngagedurna daya hirup dina dirina.

- Asah nyaeta Mere Pangajen ( B.I:menilai).

Pikeun mikanyahyo kualitas elmu pangaweruh, tangtu bae perlu ayana pangajen (penilaian). Silih asah oge hakekatna mah pikeun mikanyaho (nganiley) antara hiji jalma jeung jalma nu sejenna, nya ngagelarkeun proses silih asah. Jadi bisa disebutkeun yen nu ngasah nya eta nu mere pangajen, jeung nu diasahna nyaeta nu jelema nu diajenna. Ku kituna kakara bakal aya proses nu sipatna resiprokal (pabales-bales).

- Asah nyaeta Wani Diuji.

Samangsa-mangsa aya proses silih asah, tegesna aya silih temakeun pangaweruh, ngandung harti oge geus sadia pikeun diuji, dites, dicoba kanyahona tea. Ieu ngandung harti bakal bras kana pangajen kualitas nu diujina.

- Asah nyaeta Proaktif .

"Proaktif", meh saharti jeung rancage, rancingas, rapekan; henteu kuuleun henteu cicingeun. Mikirna salawasana postif jeung dinamis. Salawasana nyieun tarekah sangkan nu dipimaksudna bisa kahontal. Jelema anu proaktif moal pinanggih jeung "frustasi, stress" atawa peunggas harepan.

- Asah nyaeta Bajoang.

Tangtu bae boh keur nu "ngasahna" boh nu keur" diasahna", poses silih asah teh ngandung perjoangan nu taya reureuhna. Ku kituna mikabutuh ayana sumanget bajoang nu ngagedur.

- Asah nyaeta Kualitas Diri .

Ieu mah geus tetela pisan yen sing saha nu terus tumerus ngasah dirina, boh elmu lahir boh elmu batin, bakal nangtukeun kana ajen atawa kualitas dirina. Kapan sakitu ecesna yen jelema nu boga elmu pangaweruh mah darajatna teh leuwih luhur tibatan nu teu boga pangaweruh.

- Asah nyaeta Komunikasi.

Pikeun lumangsungna proses silih asah anu optimal, tinangtu mikabutuh ayana komunikasi nu lancar ti dua pihakanana. Ieu ngan­dung harti kudu tumuwuh rasa mikabutuh jeung dipikabutuh. Ku kituna kamaheran ngayakeun komunikasi kacida diperlukeunana. Salah komunikasi (miskomunikasi) geus tinangtu bakal ngajadi panghalang kana proses silih asah.

- Asah nyaeta Sinergik

Hartina sinergik (sinergic), nyaeta kamampuh pikeun nuwuhkeun hiji hal anu anyar tina tepungna dua hal anu beda. Kapan ari silih asah teh ngandung harti aya dua pihak atawa sababaraha pihak anu silih interaksi. Unggal pihak pada miboga kanyaho jeung elmu pangaweruhna sewang-sewangan. Dina proses silih asah pisan tina rupa-rupa kanyaho teh bisa nuwuhkeun hiji kanyaho (pangaweruh, elmu) anu anyar, minangka hasil pagesrekna komunikasi ti sababara­ha pihak.

Kitu di antarana wincikan unsur-unsur SILIH ASAH teh.

Upama dititenan tetela enas-enasna tinsa SILIH ASAH teh nyaeta ukuran kualitas kognitif jeung psikomotorik unggal jelema, tegesna kamampuh, kamaheran, katerampilan dina ngungkulan masalah hirup. Mangpaatna elmu pangaweruh teh taya lian ngan pikeun ngungkulan rupaning masalah jeung tangtangan nu disangahareupan sapopoe. Ari kampuhan pikeun ngungkulan masalaha teh kapan kudu ngarandapan proses diajar, nya eta SILIH ASAH tea. Kapan nu ngabedakeun manusa jeung mahluk sejenna teh nyaeta kualitas akal jeung elmu pangaweruhna. Ku kituna nya gelar paribasa jeung babasan di Sunda:

- Manuk hiber ku jangjangna, jalma hirup ku akalna.

- Moal ngakeul mun teu ngakal, moal ngarih mun teu ngoreh.

SILIH ASUH

Kecap ASUH ngandung harti ngabingbing, ngatik ngadidik, nga­jeujeuhkeun, makihikeun, silih raksa, silih riksa, silih jaga dibarengan ku rasa nyaah jeung asih . Jadi SILIH ASUH bisa dihar­tikeun silih aping silih jaring, silih pikanyaah, silih pihapekeun diri, silih tanggeuy ku kadeudeuh, silih ajen inajenan, silih hormat. Nu ahirna ngawujudkeun rasa anu tengtrem ayem, pinuh ku geter silaturahmi anu wening. Anu saluhureun mikanyaah ka nu sahandapeun, anu sahandapeun ngajenan ka nu saluhureun, jeung sasama silih tulung tinulungan. Silih jeuhjeuhkeun kadeudeuh, silih pakihikeun rejeki. Sagala rupa kudu dipilampah bari jeung titih rintih, nete taraje, nincak hambalan, nyusun jeung ngentep seureuh nurutkeun tatakramana. SILIH ASUH teh bisa disinggetkeun dina kecap anu populer nyaeta kudu POSISIONAL. PROPORSIONAL jeung PROFESIONAL.

Unsur tina SILIH ASUH di antarana:

- Asuh nyaeta kasadarajatan

- Asuh nyaeta ngahargaan

- Asuh nyaeta kaiklasan (B.I: kerelaan)

- Asuh nyaeta bakorban

- Asuh nyaeta mikawanoh diri pribadi

- Asuh nyaeta kajujuran

- Asuh nyaeta adil

- Asuh nyaeta sinatria

- Asuh nyaeta regenerasi

- Asuh nyaeta panghormatan

- Asuh nyaeta kaderisasi

- Asuh nyaeta pangakuan

- Asuh nyaeta kaweningan hate

- Asuh nyaeta tanggung jawab

- Asuh nyaeta rasa sauyunan (B.I: kebersamaan)

Upama dipedar leuwih gemet, SILIH ASUH teh ngandung harti saperti ieu di handap:

- Asuh nyaeta Kasadarajatan.

Kasadarajatan bisa dihartikeun ayana rasa karumasaan yen pada-pada mahluk Alloh. Tegesna henteu kaancikan ku rasa hayang nge­lehkeun atawa hayang neken, jajauheun kana hayang ngajajah mah. Dua pihakanana pada narekahan sangkan aya kasaimbangan anu luyu jeung tatakrama sosial.

- Asuh nyaeta Ngahargaan.

Silih hargaan atawa silih ajenan, tegesna pada-pada narekhan sangkan interaksi teh panceg ngajenan hak ajasi pribadina masing-masing.

- Asuh nyaeta Kaiklasan (B.I:kerelaan).

Silih asuh nyatana kasadiaan ti kabeh pihak pikeun sacara iklas tur rela nyadiakeun waktu, tanaga jeung pikiran geusan ngawujudna suasana silih asuh.

- Asuh nyaeta Bakorban.

Sanggeus ayana kaiklasan tinangtu bakal sadia pikeun bakorban. Sabab ngasuh ngandung harti aya hal-hal anu sipatna pribadi kudu dikorbankeun pikeun ngawujudna suasana silih asuh.

- Asuh nyaeta Mikawanoh Diri Pribadi.

Kulantaran salasahiji ciri tina Asuh teh nyaeta proporsional, ieu ngandung harti dua pihakanana kudu wanoh kana kamampuh jeung posisi dirina, tepi ka dirina apal lebah mana posisina, naha dina posisi kudu ngasuh atawa keur jadi nu diasuhna.

- Asuh nyaeta Kajujuran.

Sarat utama pikeun tumuwuhna rasa silih percaya nu ahirna ngawujud jadi rasa silih asuh, nyaeta nyampakna kajujuran ti dua pihakanana. Jujur dina harti beresih hate, bruk-brak, henteu beungeut nyanghareup ati mungkir, henteu suudon atawa goreng sangka; daek narima kanyataan saayana.

- Asuh nyaeta Adil.

Kaadilan, tegesna ngajenan kana hak jeung kawajiban boh keur dirina pribadi boh keur batur. Ayana kaadialan bakal nuwuhkeun pageuhna tatali batin.

- Asuh nyaeta Sinatria.

Sinatria nyaeta sipat wani ngaku kana kasalahan jeung kakurang dirina, sarta wani ngaku kana kapunjulan nu sejen. Sipat sinatria bakal nuwuhkeun rasa diajenan.

- Asuh nyaeta Regenerasi.

Enas-enasna tina silih asuh nyaeta ayana tujuan pikeun ne­makeun kanyaho atawa kalungguhan ka entragan nu anyar. Jadi miban­da daya regenerasi. Hal ieu teh kacida perluna pikeun lumangsungna peradaban bangsa, pikeun kamajuan bangsa. Tanpa ayana rasa silih asuh tinangtu proses regenarasi bakal kandeg.

- Asuh nyaeta Panghormatan.

Hakekatna pikeun nu ngasuh atawa keur nu diasuh, silih asuh teh bukti tina rasa panghormat ti dua pihak. Rasa hormat bakal tumuwuh upama aya geter-geter gaib nu sumirat tina kapribadianana nu ngabalukarkeun batur ngarasa yen kudu mihormat.

- Asuh nyaeta Kaderisasi.

Kaderisasi, nyaeta tarekah pikeun nepakeun pancen atawa udagan ka generasi nu anyar anu ngahaja diaping dijaring, dibebener sangkan muru kana hiji tujuan anu geus ditangtukeun. Proses kader­isasi leuwih neueulkeun kana ayana proses transformasi ajen atawa pangaweruh. Lumangsung hiji organisasi bakal kacida gumantungna kana kalancaranana proses kaderisasi; sarta ieu teh bakal kawu­judkeun ku ayana SILIH ASUH.

- Asuh nyaeta Pangakuan.

Proses SILIH ASUH ngandung unsur ayana pangakuan anu jujur ti dua pihakanana. Pada-pada ngarasa yen silih pikabutuh. Duanana kudu pada ngaku yen boh nu ngasuh boh nu diasuh, eta teh pagawean anu kudu dipilampah ku duapihakanana. SILIH ASUH moal bisa ngawu­jud upama anu aktipna ngan salasahiji pihak bae.

- Asuh nyaeta Kaweningan Hate.

SILIH ASUH kakara bisa karasa geter silaturhamina upama dida­dasaran ku kaweningan hate, iklas tur taya pangarahan. Kaweningan hate teh lir ibarat cai nu herang ngagenyas nu mere daya hirup.

- Asuh nyaeta Tanggung Jawab.

SILIH ASUH eta jadi tanda ayana rasa tanggungjawab ti dua pihakanana, boh tanggung jawab pikeun ngawujudkeun hiji udagan ti nu ngasuhna, jeung rasa tanggung jawab pikeun neruskeun ngawu­judkeun tujuan tea ku nu diasuhna. SILIH ASUH teh ngandung harti karageman pamadegan kana hiji udagan nu rek dihontal.

- Asuh nyaeta Rasa Sauyunan (B.I: kebersamaan).

SILIH ASUH dibeungkeutna ku ayana silih eledan, rukun sauyu­nan, sareundeuk-saigel, sabata sarimbagan, saketek-sapihanean.

Upama dititenan kalayan gemet, tetela SILIH ASUH teh nitik-beuratkeun pisan dina ayana kasaluyuan jeung "laras"-na hubungan silaturahmi antara manusa nurutkeun proporsi jeung profesi jadi unsur nu kacida pentingna. Kamaheran manajerial jeung ngajenan kana birokrasi kaasup aspek SILIH ASUH.

SILIH ASUH hakekatna mah taya lian ti pikeun ngawujudkeun HAK AJASI MANUSA SAGEMBLENGNA nurutkeun kodratna sewang-sewangan .

PAMUNGKAS

Upama ditengetan jeung dilenyepan mah, tetela geuning babasan (motto) SILIH ASIH - SILIH ASAH jeung SILIH ASUH teh estu leubeut ku ajen-inajen kamanusaan; anu upama bisa diwujudkeun dina tingkah laku sapopoe mah bakal ngagelarkeun hirup nu tengtrem ayem pinuh berekah bari kebek ku ngantengna silaturahim anu wening.Lamun seug urang Tatar Sunda mampuh ngalaksanakeun prinsip-prinsip Silih Asih - Silih Asah jeung Silih Asuh dina kahirupan sapopoe, moal henteu kualitas Sumber Daya Manusa di Jawa Barat bakal unggul nu ahirna dipiharep bisa milu ngangkat harkat darajat Bangsa Indonesia kana tahap nu unggul pinunjul.

Lembaga Kebudayaan UNPAS; 1996